Al-Quran dan Hadis tentang Do'a
Keterangan dalam Al Qur’an dan As Sunnah tentang do’a
1. Do’a merupakan perintah dari Allah .
Sangatlah banyak dari ayat-ayat Al Qur’an yang menyebutkan perintah untuk berdo’a kepada-Nya . Diantaranya, firman Allah (artinya):
“Dan Rabb kalian telah berfirman: “Berdo’alah kalian kepada-Ku, niscaya akan Aku kabulkan bagi kalian.” (Ghafir: 60)
“Dan berdo’alah kepada Allah dengan mengikhlashkan ibadah (do’a) kepada-Nya.” (Al A’raf: 29)
“Berdo’alah kepada Rabb kalian dengan merendahkan diri dan dengan suara yang lembut.” (Al Jin: 18)
“Dan sesungguhnya Allah memiliki asmaul husna (nama-nama yang mulia), maka berdo’alah kepada-Nya dengan menggunakan nama-nama tersebut.” (Al A’raf: 180)
Di dalam ayat-ayat mulia di atas dan yang lainnya, menunjukkan bahwa do’a merupakan ibadah yang diperintahkan oleh Allah kepada hamba-Nya. Sehingga berdo’a kepada-Nya merupakan bentuk tha’ah (ketaatan) kepada-Nya.
2. Do’a adalah ibadah.
Berdo’a kepada Allah merupakan perkara yang amat dicintai-Nya . Bahkan bila semakin sering berdo’a kepada-Nya untuk meminta segala sesuatu yang ia inginkan, semakin menambah kecintaan Allah kepadanya. Karena setiap do’a yang dipanjatkan kepada-Nya , pada hakekatnya (do’a) itu adalah ibadah.
Rasulullah bersabda:
الدعاء هو العبادة
“Sesungguhnya do’a adalah ibadah” (Tirmidzi)
Bukankah kita semua telah mengetahui bahwa tujuan Allah menciptakan manusia dan jin ini hanyalah untuk beribadah kepada-Nya? Sehingga barangsiapa yang memperbanyak do’a berarti ia telah memperbanyak ibadah kepada-Nya , dan inilah yang sebenarnya dikehendaki oleh Allah .
Sebagaimana firman-Nya:
“Tidaklah Kami menciptakan jin dan manusia melainkan hanya untuk beribadah kepada-Ku.” (Adz Dzariat: 56)
Demikian juga, Rasulullah telah menegaskan bahwasanya do’a merupakan perkara yang paling dicintai dan mulia di sisi-Nya , beliau bersabda:
لَيْسَ شَيْءٌ أَكْرَمُ عَلَى اللهِ سُبْحَانَهُ مِنَ الدُّعَاءِ
“Tidak ada sesuatu pun yang lebih mulia di hadapan Allah subhanahu daripada do’a.” (At Tirmidzi)
Mengapa do’a itu paling mulia dan paling dicintai oleh Allah ? sebagaimana penjelasan di atas, karena pada hakekatnya do’a itu sendiri adalah ibadah, yang diperintahkan oleh Allah kepada setiap hambanya.
3. Do’a merupakan pembuka pintu-pintu rahmat dari Allah .
Do’a merupakan pembuka pintu-pintu rahmat Allah yang sangat didambakan oleh setiap hamba. Karena dengan rahmat-Nyalah kita mendapat hidayah Islam dan Iman, serta mendapat pula maghfirah (ampunan) dari dosa-dosa yang telah kita lakukan.
Rasulullah bersabda:
منْ فُتِحَ لَهُ مِنْكُمْ بَابُ الدُّعَاءِ فُتِحَتْ لَهُ أَبْوَابُ الرَّحْمَةِ وَمَا سُئِلَ اللهُ شَيْئًا يُعْطَىأَحَبُّ إِلَيْهِ مِنْ أَنْ يُسْأَلَ الْعَافِيَةَ ، إِنَّ الدُّعَاءَ يَنْفَعُ مِمَّا نَزَلَ وَمِمَّا لَمْ يَنْزِلْ فَعَلَيْكُمْ عِبَادَ اللهِ بِالدُّعَاء
“Barangsiapa diantara kalian yang dibukakan baginya pintu do’a, niscaya ia akan dibukakan baginya pintu-pintu rahmat. Dan tidaklah Allah dimintai sesuatu yang lebih Allah cintai dari meminta keselamatan (di dunia dan akhirat). Sesungguhnya do’a itu bermanfaat pada hal-hal yang sudah terjadi ataupun yang belum terjadi, maka hendaklah berdo’a wahai hamba-hamba Allah.” (At-Tirmidzi)
4. Do’a merupakan akhlaq orang-orang yang bertaqwa.
Allah telah mengisahkan tentang akhlaq para nabi yang selalu bersegera untuk berdo’a kepada-Nya . Sebagaimana firman-Nya:
“Sesungguhnya mereka (para nabi) selalu segera melakukan kebaikan dan selalu berdo’a kepada Kami dalam keadaan penuh harap dan rasa takut, dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ (di dalam beribadah/berdo’a kepada Kami).” (Al Anbiya’: 90)
Demikian pula Allah menyebutkan tentang akhlaq hamba-hambanya yang shalih, sebagaimana firman-Nya::
“Dan orang-orang (generasi) yang datang sesudah mereka (sahabat) berkata: “Wahai Rabb-kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah mendahului kami dalam keimanan, dan janganlah Engkau jadikan di dalam hati-hati kami kedengkian terhadap orang-orang yang beriman. Wahai Rabb-kami sesunggunya Engkau Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.” (Al Hasyr: 10)
5. Do’a menunjukkan kemurnian tawakkal kepada Allah .
Rahasia dan hakekat tawakkal kepada Allah adalah menyandarkan hati sepenuhnya kepada Allah . Manakala ia berdo’a dengan penuh harap dan rasa takut hanya kepada Allah menunjukkan kemurnian tawakkalnya kepada-Nya. Dan sekaligus do’a itu sendiri merupakan salah satu sebab terbesar tercapainya apa yang ia inginkan. Perhatikanlah firman Allah:
“Maka beribadahlah kalian kepada Allah dan bertawakkallah kepada-Nya.” (Hud: 123)
Di dalam ayat yang mulia ini Allah memerintahkan untuk bertawakkal setelah beribadah kepada-Nya . Padahal kita telah tahu bahwa do’a itu adalah ibadah, sebagaimana penjelasan di atas. Sehingga ayat tersebut dapat diambil kesimpulan yaitu berdo’alah kepada Allah terlebih dahulu, baru kemudian bertawakkallah kepada-Nya.
6. Setiap do’a mendapat jaminan dari Allah selama tidak tergesa-gesa.
Rasulullah bersabda:
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو لَيْسَ بِإِثْمٍ وَلاَ قَطِيْعَةِ رَحْمٍ إِلاَّ أَعْطَاهُ اللهُ إِحْدَى ثَلاَثٍ أَنْ يُعَجِّلَ لَهُ دَعْوَتَهُ وَإِمَّا أَنْ يُدَخِّرَهَا لَهُ فٍي الآخِرَةِ وَإِمَّا أَنْ يَدْفَعَ عَنْهُ مِنَ السُّوء مِثْلَهَا
“Tidaklah seorang muslim berdo’a dengan sesuatu yang bukan untuk suatu dosa atau memutuskan silaturrahmi melainkan pasti Allah akan memberikan salah satu dari tiga hal; disegerakan baginya pengabulannya, disimpan baginya di akhirat, atau dihindarkan darinya keburukan yang semisal dengannya.” (Shahih Al Adabul Mufrad no. 547, dari sahabat Abu Sa’id Al Khudri )
Dalam riwayat yang lainnya, Rasulullah bersabda:
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيهَا إِثْمٌ وَلَا قَطِيعَةُ رَحِمٍ إِلَّا أَعْطَاهُ اللَّهُ بِهَا إِحْدَى ثَلَاثٍ إِمَّا أَنْ تُعَجَّلَ لَهُ دَعْوَتُهُ وَإِمَّا أَنْ يَدَّخِرَهَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ وَإِمَّا أَنْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنْ السُّوءِ مِثْلَهَا قَالُوا إِذًا نُكْثِرُ قَالَ اللَّهُ أَكْثَرُ
“Tidaklah seorang mukmin menghadapkan wajahnya kepada Allah memohon sesuatu, melainkan Dia akan memberikan, apakah dengan menyegerakan baginya di dunia atau menyimpan baginya di akhirat selama ia tidak tergesa-gesa.” Para sahabat bertanya: “Apa maksud dari tergesa-gesa?” Beliau menjawab:
دَعَوْتُ وَدَعَوْتُ وَلاَ أَرَاهُ يُسْتَجَابُ لِي
“Dia berkata: “Saya sudah berdo’a dan berdo’a, tetapi (toh) juga tidak dikabulkan.” (H.R. Ahmad, lihat Shahih Al Adabul Mufrad no. 548)
Kedua hadits di atas menunjukkan bahwa do’a seorang muslim tidaklah sia-sia. Al Hafizh Ibnu Hajar Al Asqalani berkata: “Setiap orang yang berdo’a akan dikabulkan, hanya saja pengabulan itu berbeda-beda. Terkadang dikabulkan sesuai dengan permintaan, terkadang pula diganti dengan sesuatu yang lain. (Fathul Bari 10/95) Sehingga do’a itu bisa jadi dikabulkan sesuai dengan permohonannya, bisa jadi pula disimpan atau diganti yang lainnya sebagai bentuk kemurahan dari Allah , selama ia tidak tergesa-gesa. Karena sifat tergesa-gesa akan menimbulkan sikap su’uzhan (buruk sangka) kepada Allah .
Allah memiliki sifat Yang Maha Hikmah. Dia mengetahui apa yang terbaik bagi hambanya, berbeda dengan manusia yang tidak mengetahui akibat urusannya. Terkadang manusia mencintai dan menginginkan sesuatu, padahal hal itu bisa menambah keburukan baginya, atau sebaliknya. Sebagaimana yang telah diterangkan di dalam firman Allah (artinya):
“Bisa jadi kalian membenci sesuatu padahal itu adalah amat baik bagi kalian, bisa jadi pula kalian menyukai sesuatu padahal itu adalah amat buruk bagi kalian. Allah yang mengatahui, sedangkan kalian tidak mengetahuinya.” (Al Baqarah: 216)
Bukan berarti tidak dikabulkannya do’a menunjukkan jeleknya orang yang berdo’a secara mutlak. Dan dikabulkannya do’a juga tidak menunjukkan baiknya orang yang berdo’a secara mutlak. Bukankah Allah mengabulkan permintaan iblis dengan memberi tangguh sampai hari kiamat? Tetapi itu tidak menunjukan pemulian kepada iblis, justru itu sebagai penghinaan kepadanya agar dosanya bertambah, sehingga semakin keras siksaan dan semakin berlipat ganda kesengsaraan di akhirat nanti.
http://www.facebook.com/l/cd41f;www.Al-Ikhwan.net
No comments:
Post a Comment